In Greek, "heis" means "one" numerically (masculine) "hen" means "one" in unity or essence (neat). Here the word used by John is "hen" and not "heis." The marginal notes in New American Standard Bible (NASB) reads; one - (Lit. neuter) a unity, or, one essence.
Dalam bahasa Yunani [Latin] "heis" berarti "satu" secara bilangan (berjenis kata laki-laki), sedang "hen" berarti "satu" dalam "kesatuan" atau esensinya. Dalam catatan pinggir Injil Standard baru Amerika (NASB) terbaca; Satu - (Lit.neuter) kesatuan atau satu essensi [= intisari, hakikat]
If one wishes to argue that the word "hen" supports their claim for Jesus being "co-equal" in status with his Father, please invite his/her attention to the following verse: Jesus said: "And the glory which Thou has given me, I have given to them (disciples); that they may be one, just as we are one." (John 17:22).
Jika seseorang (dari fihak Kristen) hendak tetap membantah bahwa justru kata "hen" tadi mendukung pernyataan mereka bahwa Yesus "co-equal" (dua-duanya sama) dalam status dengan Bapanya, maka cobalah undang perhatian mereka untuk mengikuti ayat berikut ini: "Dan Kemuliaan yang telah Engkau (Bapa) berikan kepadaku, telah aku berikan pula kepada mereka (para pengikut Yesus), supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu" (Yohanes 17: 22).
If he/she was to consider/regard/believe the Father and Jesus Christ to be "one" meaning "co-equal" in status on the basis of John 10:30, then that person should also be prepared to consider/regard/believe "them" - the disciples of Jesus, to be "co-equal" in status with the Father and Jesus ("just as we are one") in John 17:22. I have yet to find a person that would be prepared to make the disciples (students) "co-equal" in status with the Father or Jesus.
Jika dia mempertimbangkan/menganggap/percaya bahwa Bapa dengan Yesus itu "satu" dalam arti "co-equal" (Dua-duanya sama) dalam status dengan berdasar kepada Yohanes 10:30, maka orang tadi mesti pula bersiap-siap untuk dia mempertimbangkan/menganggap/percaya bahwa "mereka" (para murid Yesus) juga "co-equal" dalam statusnya dengan Yesus dan Bapa (seperti dalam ayat: "sama seperti kita adalah satu") dalam Yohanes 17: 22. Selama ini saya belum pernah menemukan orang yang siap untuk meyakini bahwa murid-murid Yesus adalah "co-equal" dalam status dengan Bapa atau Yesus sendiri.
The unity and accord was of the authorized divine message that originated from the Father, received by Jesus and finally passed on to the disciples. Jesus admitted having accomplished the work which the Father had given him to do. (Jn.17:4).
Kesatuan dan persetujuan adalah kewenangan pesan suci yang berasal dari Bapa, diterima oleh Yesus dan akhirnya diteruskan kepada para pengikutnya. Yesus mengakui telah menyelesaikan pekerjaan yang telah diberikan Bapa kepadanya untuk dikerjakan (Lihat Yohanes 17: 4: "Aku telah mempermuliakan engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya").
SARAN PENTING: (Tepat dan berhubungan dengan masalah di atas)
Jesus said: "I go to the Father; for the Father is greater than I." (Jn.14:28). This verse unequivocally refutes the claim by any one for Jesus being "co-equal" in status with his Father.
Yesus berkata: "Aku pergi kepada Bapa, sebab Bapa lebih besar daripada Aku" (Yohanes 14: 28). Ayat ini dengan begitu gamblang membuka kesalahan atas pengakuan (klaim) dari siapapun yang menyatakan bahwa Yesus "co-equal" (kedua duanya tepat sama) dalam status dengan bapaknya.1
[1] Dalam bahasa kitab suci, ungkapan-ungkapan seperti ini sering terjadi, dan hendaknya pembaca berlaku arif dam memiliki kehalusan jiwa untuk menangkap ungkapan tadi sebagai pelajaran. Sebab ini bukanlah arti yang sebenarnya. Dalam Al Quran misalnya terdapat ayat yang bermakna: "Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar, ketika kamu melempar, tetapi Allah lah yang melempar ..." [QS.8:17], Atau dalam hadits Qudsi dikatakan, bila seorang hamba mendekat secara sempurna, bukan sekedar dengan penunaian yang wajib tetapi lengkap dengan sunnah sunnahnya, maka .".. Aku menjadi matanya ketika dia melihat, menjadi tangannya ketika dia memukul menjadi kakinya ketika dia berjalan." Kalimat kalimat seperti ini, tidak boleh langsung disimpulkan bahwa "benar benar orang itu bermata Allah, bertangan dan berkaki Allah," tetapi pada tingkat kebersihan jiwa seperti itu, orang tadi dalam melihat, menggerakkan tangan dan melangkah, senantiasa selaras dengan apa yang diridhoi Allah. Orang Nasrani nampaknya terlalu segera menyimpulkan yang tersurat, sehingga berani berkata bahwa Yesus adalah Allah, dan Allah adalah Yesus dalam arti satu, sama, itu itu juga ! Padahal orang bercinta saja kalau mereka berkata "Kau dan Aku selalu satu" tentu artinya bukan mereka menjadi satu badan khan? Di kalangan ulama Islam pun dahulu pernah terjadi penyimpulan kasar berdasar kata tersurat, yakni banyak ulama berfatwa bahwa orang yang telah berwudhu, bisa batal wudhunya bila "menyentuh" perempuan, mereka fahamkan kesimpulan itu dengan mengambil dasar Al Quran S.4:43. Untung Al Quran masih memiliki teks aslinya, bahkan tafsir murid langsung Nabi pun masih ada, sehingga gampang ditelusuri maksud yang sebenarnya, bahwa ternyata menurut Ibnu Abbas ra [Sahabat Nabi SAW], bahwa menyentuh disana bukan sekedar "menyentuh," tetapi semacam ungkapan sopan yang menyiratkan arti "bersetubuh," atau katakanlah 'sentuhan' yang bisa menyebabkan hamil, seperti secara sopan diungkap Maryam dalam Quran S.19:20. Bagi Nasrani, apalagi yang menerima 'kebenaran kristen' cuma dari teks bahasa Insonesia saja, memang agak sukar untuk menelusuri arti sebenarnya dari kata kata yang tersurat dalam injil mereka.
Dalam bahasa Yunani [Latin] "heis" berarti "satu" secara bilangan (berjenis kata laki-laki), sedang "hen" berarti "satu" dalam "kesatuan" atau esensinya. Dalam catatan pinggir Injil Standard baru Amerika (NASB) terbaca; Satu - (Lit.neuter) kesatuan atau satu essensi [= intisari, hakikat]
If one wishes to argue that the word "hen" supports their claim for Jesus being "co-equal" in status with his Father, please invite his/her attention to the following verse: Jesus said: "And the glory which Thou has given me, I have given to them (disciples); that they may be one, just as we are one." (John 17:22).
Jika seseorang (dari fihak Kristen) hendak tetap membantah bahwa justru kata "hen" tadi mendukung pernyataan mereka bahwa Yesus "co-equal" (dua-duanya sama) dalam status dengan Bapanya, maka cobalah undang perhatian mereka untuk mengikuti ayat berikut ini: "Dan Kemuliaan yang telah Engkau (Bapa) berikan kepadaku, telah aku berikan pula kepada mereka (para pengikut Yesus), supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu" (Yohanes 17: 22).
If he/she was to consider/regard/believe the Father and Jesus Christ to be "one" meaning "co-equal" in status on the basis of John 10:30, then that person should also be prepared to consider/regard/believe "them" - the disciples of Jesus, to be "co-equal" in status with the Father and Jesus ("just as we are one") in John 17:22. I have yet to find a person that would be prepared to make the disciples (students) "co-equal" in status with the Father or Jesus.
Jika dia mempertimbangkan/menganggap/percaya bahwa Bapa dengan Yesus itu "satu" dalam arti "co-equal" (Dua-duanya sama) dalam status dengan berdasar kepada Yohanes 10:30, maka orang tadi mesti pula bersiap-siap untuk dia mempertimbangkan/menganggap/percaya bahwa "mereka" (para murid Yesus) juga "co-equal" dalam statusnya dengan Yesus dan Bapa (seperti dalam ayat: "sama seperti kita adalah satu") dalam Yohanes 17: 22. Selama ini saya belum pernah menemukan orang yang siap untuk meyakini bahwa murid-murid Yesus adalah "co-equal" dalam status dengan Bapa atau Yesus sendiri.
The unity and accord was of the authorized divine message that originated from the Father, received by Jesus and finally passed on to the disciples. Jesus admitted having accomplished the work which the Father had given him to do. (Jn.17:4).
Kesatuan dan persetujuan adalah kewenangan pesan suci yang berasal dari Bapa, diterima oleh Yesus dan akhirnya diteruskan kepada para pengikutnya. Yesus mengakui telah menyelesaikan pekerjaan yang telah diberikan Bapa kepadanya untuk dikerjakan (Lihat Yohanes 17: 4: "Aku telah mempermuliakan engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya").
SARAN PENTING: (Tepat dan berhubungan dengan masalah di atas)
Jesus said: "I go to the Father; for the Father is greater than I." (Jn.14:28). This verse unequivocally refutes the claim by any one for Jesus being "co-equal" in status with his Father.
Yesus berkata: "Aku pergi kepada Bapa, sebab Bapa lebih besar daripada Aku" (Yohanes 14: 28). Ayat ini dengan begitu gamblang membuka kesalahan atas pengakuan (klaim) dari siapapun yang menyatakan bahwa Yesus "co-equal" (kedua duanya tepat sama) dalam status dengan bapaknya.1
[1] Dalam bahasa kitab suci, ungkapan-ungkapan seperti ini sering terjadi, dan hendaknya pembaca berlaku arif dam memiliki kehalusan jiwa untuk menangkap ungkapan tadi sebagai pelajaran. Sebab ini bukanlah arti yang sebenarnya. Dalam Al Quran misalnya terdapat ayat yang bermakna: "Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar, ketika kamu melempar, tetapi Allah lah yang melempar ..." [QS.8:17], Atau dalam hadits Qudsi dikatakan, bila seorang hamba mendekat secara sempurna, bukan sekedar dengan penunaian yang wajib tetapi lengkap dengan sunnah sunnahnya, maka .".. Aku menjadi matanya ketika dia melihat, menjadi tangannya ketika dia memukul menjadi kakinya ketika dia berjalan." Kalimat kalimat seperti ini, tidak boleh langsung disimpulkan bahwa "benar benar orang itu bermata Allah, bertangan dan berkaki Allah," tetapi pada tingkat kebersihan jiwa seperti itu, orang tadi dalam melihat, menggerakkan tangan dan melangkah, senantiasa selaras dengan apa yang diridhoi Allah. Orang Nasrani nampaknya terlalu segera menyimpulkan yang tersurat, sehingga berani berkata bahwa Yesus adalah Allah, dan Allah adalah Yesus dalam arti satu, sama, itu itu juga ! Padahal orang bercinta saja kalau mereka berkata "Kau dan Aku selalu satu" tentu artinya bukan mereka menjadi satu badan khan? Di kalangan ulama Islam pun dahulu pernah terjadi penyimpulan kasar berdasar kata tersurat, yakni banyak ulama berfatwa bahwa orang yang telah berwudhu, bisa batal wudhunya bila "menyentuh" perempuan, mereka fahamkan kesimpulan itu dengan mengambil dasar Al Quran S.4:43. Untung Al Quran masih memiliki teks aslinya, bahkan tafsir murid langsung Nabi pun masih ada, sehingga gampang ditelusuri maksud yang sebenarnya, bahwa ternyata menurut Ibnu Abbas ra [Sahabat Nabi SAW], bahwa menyentuh disana bukan sekedar "menyentuh," tetapi semacam ungkapan sopan yang menyiratkan arti "bersetubuh," atau katakanlah 'sentuhan' yang bisa menyebabkan hamil, seperti secara sopan diungkap Maryam dalam Quran S.19:20. Bagi Nasrani, apalagi yang menerima 'kebenaran kristen' cuma dari teks bahasa Insonesia saja, memang agak sukar untuk menelusuri arti sebenarnya dari kata kata yang tersurat dalam injil mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar