Selasa, 24 Mei 2011

Menjawab tentang hukum sunat >>>

Pertama kita harus tahu
sumber hukum di dalam Islam itu adalah Al-Quran dan Assunnah, dengan derajat kedudukannya adlaha
  1.  Al-Quran
  2.  Hadist Nabi
  3.  Ijtihat Ulama’ ( mulai dari Shabat, Tabi’in dstnya )

Jawabannya dari pertanyaan diatas adalah
Firman Allah SWT An Nahl 123
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”
Mereka akan bertanya, apa hubungannya Ibrahim dengan khitan ? ya ada hubunganya, karena salah satu millah ibrahim AS, ajaran Ibrahim AS adalah khitan ini.

Rasulullah SAW bersabda : Diantara kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepadaku adalah, aku dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan, karena itu tidak ada orang yang melihat aurat/kemaluank u. (HR. al- Thabrani, Abu Nuaym, al Khatib dan ibn Asakir) (diriwayatkan dari Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas, Abu Hurairah. menurut Diya^ al Maqdisi,
hadits ini shahih. Al Hakim selain menilai shahih, juga mengatakan mutawatir.Lihat al Khasa is al kubra, Jlid.1, hal. 90-91)

DiHadist diatas sangat jelas sekali, bahwa Allah memberikan kemulian/mukjiz at kepada Rasulullah SAW yaitu dilahirkan dalam keadaan berkhitan ?
Mereka tidak percaya ?? jelaslah…wong namanya orang sudah tidak percaya Al-Quran dan Hadist dari awal, biarin saja…masalah khitan sejak lahir ini sebenarnya banyak juga terjadi saat ini ( walau tidak semua, tapi ada beberapa bayi yang lahir sudah khitan ).
Adakah dalil lain yang menguatkan ??

Fithrah itu ada lima : Khitan , mencukur rambut kemaluan ,mencabut bulu ketiak , memotong kuku , dan memotong kumis . ( HR. Al-Bukhary Muslim )
Ibrahim ‘alaihissalam telah berkhitan dengan qadum(nama sebuah alat pemotong) sedangkan beliau berumur 80 tahun . ( HR. Al-Bukhary Muslim )
Hilangkan darimu rambut kekafiran ( yang menjadi alamat orang kafir ) dan berkhitanlah . ( HR. Abu Dawud , dan dihasankan oleh Syeikh Al-Albany )
Dari dalil-dalil diatas sangat jelas sekali parkara khitan ini, dan satu hal…Rasulullah SAW adalah orang pertama kali yang melaksanakan perintah-perint ah Allah SWT.

Apakah Nabi Muhammad Sunat jawaban Nya Iya >>
Dalam hadits yang di muat di dalam kitab ‘At Tamhid Limaa Fi Al Muwaththa” karya Abu ‘Umar Yusuf bin Abdillah Al Qurthubi menerangkan,
dari Ibnu Abbas; bahwa Abdul Muthtalib (kakek Nabi) mengkhitan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari ke tujuh (kelahiran beliau) dan membuat jamuan makan serta memberi nama dengan Muhammad.”

Alhamdulillah..
Sekarang Kenapa dalam Al-Quran tidak ada perintah sunat? …Benarkah?
Jawabannya ada yaitu perintah agar kita beriman kepada Rasul-rasul Allah.
Seperti yang kita Tahu, ajaran sunat adalah berasal dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim, Maka dalam Al-Quran pun dikatakan

Allah Berfirman:

An Nisaa :125

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”

Allah berfirman:

Qs.At Taghaabun :12

“Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, jika kamu berpaling sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.”

Dari ayat diatas, maka Aku berucap Alhamdulillah..
Beruntunglah kita sebagai pengikut Rasulullah, sebagai keturunan (ajaran dari) Ibrahim yang lurus yang telah menyuruh kita agar bersunat, sekarang terbukti kitalah Hamba-hamba Allah yang benar dan tidak pula menjadi orang-orang yang akan dilenyapkan karena kita bukanlah Orang yang mengingkari janji.

JAWABAN ORANG KRISTEN JIKA MENGELUARKAN YOHANES 10: 30,AKU DAN BAPA SATU...

In Greek, "heis" means "one" numerically (masculine) "hen" means "one" in unity or essence (neat). Here the word used by John is "hen" and not "heis." The marginal notes in New American Standard Bible (NASB) reads; one - (Lit. neuter) a unity, or, one essence.
Dalam bahasa Yunani [Latin] "heis" berarti "satu" secara bilangan (berjenis kata laki-laki), sedang "hen" berarti "satu" dalam "kesatuan" atau esensinya. Dalam catatan pinggir Injil Standard baru Amerika (NASB) terbaca; Satu - (Lit.neuter) kesatuan atau satu essensi [= intisari, hakikat]
If one wishes to argue that the word "hen" supports their claim for Jesus being "co-equal" in status with his Father, please invite his/her attention to the following verse: Jesus said: "And the glory which Thou has given me, I have given to them (disciples); that they may be one, just as we are one." (John 17:22).
Jika seseorang (dari fihak Kristen) hendak tetap membantah bahwa justru kata "hen" tadi mendukung pernyataan mereka bahwa Yesus "co-equal" (dua-duanya sama) dalam status dengan Bapanya, maka cobalah undang perhatian mereka untuk mengikuti ayat berikut ini: "Dan Kemuliaan yang telah Engkau (Bapa) berikan kepadaku, telah aku berikan pula kepada mereka (para pengikut Yesus), supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu" (Yohanes 17: 22).
If he/she was to consider/regard/believe the Father and Jesus Christ to be "one" meaning "co-equal" in status on the basis of John 10:30, then that person should also be prepared to consider/regard/believe "them" - the disciples of Jesus, to be "co-equal" in status with the Father and Jesus ("just as we are one") in John 17:22. I have yet to find a person that would be prepared to make the disciples (students) "co-equal" in status with the Father or Jesus. 
Jika dia mempertimbangkan/menganggap/percaya bahwa Bapa dengan Yesus itu "satu" dalam arti "co-equal" (Dua-duanya sama) dalam status dengan berdasar kepada Yohanes 10:30, maka orang tadi mesti pula bersiap-siap untuk dia mempertimbangkan/menganggap/percaya bahwa "mereka" (para murid Yesus) juga "co-equal" dalam statusnya dengan Yesus dan Bapa (seperti dalam ayat: "sama seperti kita adalah satu") dalam Yohanes 17: 22. Selama ini saya belum pernah menemukan orang yang siap untuk meyakini bahwa murid-murid Yesus adalah "co-equal" dalam status dengan Bapa atau Yesus sendiri.
The unity and accord was of the authorized divine message that originated from the Father, received by Jesus and finally passed on to the disciples. Jesus admitted having accomplished the work which the Father had given him to do. (Jn.17:4).
Kesatuan dan persetujuan adalah kewenangan pesan suci yang berasal dari Bapa, diterima oleh Yesus dan akhirnya diteruskan kepada para pengikutnya. Yesus mengakui telah menyelesaikan pekerjaan yang telah diberikan Bapa kepadanya untuk dikerjakan (Lihat Yohanes 17: 4: "Aku telah mempermuliakan engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya").

SARAN PENTING: (Tepat dan berhubungan dengan masalah di atas)
Jesus said: "I go to the Father; for the Father is greater than I." (Jn.14:28). This verse unequivocally refutes the claim by any one for Jesus being "co-equal" in status with his Father.
Yesus berkata: "Aku pergi kepada Bapa, sebab Bapa lebih besar daripada Aku" (Yohanes 14: 28). Ayat ini dengan begitu gamblang membuka kesalahan atas pengakuan (klaim) dari siapapun yang menyatakan bahwa Yesus "co-equal" (kedua duanya tepat sama) dalam status dengan bapaknya.1
[1] Dalam bahasa kitab suci, ungkapan-ungkapan seperti ini sering terjadi, dan hendaknya pembaca berlaku arif dam memiliki kehalusan jiwa untuk menangkap ungkapan tadi sebagai pelajaran. Sebab ini bukanlah arti yang sebenarnya. Dalam Al Quran misalnya terdapat ayat yang bermakna: "Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar, ketika kamu melempar, tetapi Allah lah yang melempar ..." [QS.8:17], Atau dalam hadits Qudsi dikatakan, bila seorang hamba mendekat secara sempurna, bukan sekedar dengan penunaian yang wajib tetapi lengkap dengan sunnah sunnahnya, maka .".. Aku menjadi matanya ketika dia melihat, menjadi tangannya ketika dia memukul menjadi kakinya ketika dia berjalan." Kalimat kalimat seperti ini, tidak boleh langsung disimpulkan bahwa "benar benar orang itu bermata Allah, bertangan dan berkaki Allah," tetapi pada tingkat kebersihan jiwa seperti itu, orang tadi dalam melihat, menggerakkan tangan dan melangkah, senantiasa selaras dengan apa yang diridhoi Allah. Orang Nasrani nampaknya terlalu segera menyimpulkan yang tersurat, sehingga berani berkata bahwa Yesus adalah Allah, dan Allah adalah Yesus dalam arti satu, sama, itu itu juga ! Padahal orang bercinta saja kalau mereka berkata "Kau dan Aku selalu satu" tentu artinya bukan mereka menjadi satu badan khan? Di kalangan ulama Islam pun dahulu pernah terjadi penyimpulan kasar berdasar kata tersurat, yakni banyak ulama berfatwa bahwa orang yang telah berwudhu, bisa batal wudhunya bila "menyentuh" perempuan, mereka fahamkan kesimpulan itu dengan mengambil dasar Al Quran S.4:43. Untung Al Quran masih memiliki teks aslinya, bahkan tafsir murid langsung Nabi pun masih ada, sehingga gampang ditelusuri maksud yang sebenarnya, bahwa ternyata menurut Ibnu Abbas ra [Sahabat Nabi SAW], bahwa menyentuh disana bukan sekedar "menyentuh," tetapi semacam ungkapan sopan yang menyiratkan arti "bersetubuh," atau katakanlah 'sentuhan' yang bisa menyebabkan hamil, seperti secara sopan diungkap Maryam dalam Quran S.19:20. Bagi Nasrani, apalagi yang menerima 'kebenaran kristen' cuma dari teks bahasa Insonesia saja, memang agak sukar untuk menelusuri arti sebenarnya dari kata kata yang tersurat dalam injil mereka.

Menjawab Fitnah kristen Tentang Nabi Saw

NABI MUHAMMAD SAW

Disadari atau tidak, wujud Tuhan pasti dirasakan oleh jiwa manusia baik redup atau benderang. Manusia menyadari bahwa suatu ketika dirinya akan mati. Kesadaran ini mengantarkannya kepada pertanyaan tentang apa yang akan terjadi sesudah kematian, bahkan menyebabkan manusia berusaha memperoleh kedamaian dan keselamatan di negeri yang tak dikenal itu.   Wujud Tuhan yang dirasakan, serta hal-ihwal kematian, merupakan dua dari sekian banyak faktor pendorong manusia untuk berhubungan dengan Tuhan dan memperoleh informasi yang pasti. Sayangnya tidak semua manusia mampu melakukan hal itu. Namun, kemurahan Allah menyebabkan-Nya memilih manusia tertentu untuk menyampaikan pesan-pesan Allah, baik untuk periode dan masyarakat tertentu maupun untuk seluruh manusia di setiap waktu dan tempat. Mereka yang mendapat tugas itulah yang dinamai Nabi (penyampai berita) dan Rasul (Utusan Tuhan).   Jumlah mereka secara pasti tidak diketahui. Al-Quran hanya menginforrnasikan bahwa,   "Tidak satu umat (kelompok masyarakat) pun kecuali telah pernah diutus kepadanya seorang pembawa peringatan" (QS Fathir [35]: 24).   Al-Quran juga menyatakan kepada Nabinya bahwa,   "Kami telah mengutus nabi-nabi sebelum kamu, di antara mereka ada yang telah kami sampaikan kisahnya, dan ada pula yang tidak Kami sampaikan kepadamu" (QS Al-Mu'min [40]: 78)   Al-Quran menyebutkan secara tegas nama dua puluh lima Nabi/Rasul; delapan belas di antaranya disebutkan dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 83-86, sisanya didapatkan dari berbagai ayat.   Nabi Muhammad Saw. seperti dinyatakan Al-Quran surat Al-A'raf (7): 158 -diutus kepada seluruh manusia, dan beliau merupakan khataman nabiyyin (penutup para nabi) (QS Al-Ahzab [33]: 40).   Masa Prakelahiran   Al-Quran menegaskan bahwa para nabi telah pernah diangkat janjinya untuk percaya dan membela Nabi Muhammad Saw.   "Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dan para Nabi, 'Sungguh apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul (Muhammad) yang membenarkan kamu, niscaya kamu sungguh-sungguh akan beriman kepadanya dan menolongnya.' Allah berfirman, 'Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku yang demikian itu?' Mereka menjawab, 'Kami mengakui.'" (QS Ali'Imran [3]: 81)   Dalam kaitan ini, Nabi Muhammad Saw. bersabda,   "Demi (Allah) yang jiwaku berada pada genggaman-Nya, seandainya Musa a.s. hidup, dia tidak dapat mengelak dan mengikutiku" (HR Imam Ahmad)   Tidak jelas kapan dan bagaimana perjanjian yang disinggung ayat tersebut. Setidaknya, ia mengisyaratkan bahwa Allah Swt. telah merencanakan sesuatu untuk Nabi Muhammad Saw., jauh sebelum kelahiran beliau. Karena itu pula sementara pakar menyatakan bahwa kematian ayah beliau sebelum kelahiran, kepergiannya ke pedesaan menjauhi ibunya, serta ketidakmampuannya membaca dan menulis merupakan strategi yang dipersiapkan Tuhan kepada beliau untuk dijadikan utusan-Nya kepada seluruh umat manusia kelak.   Bahkan ulama lain meyakini bahwa pemilihan hal-hal tertentu berkaitan dengan beliau bukanlah kebetulan. Misalnya bulan lahir, hijrah, dan wafatnya pada bulan Rabi'ul Awal (musim bunga). Nama beliau Muhammad (yang terpuji), ayahnya Abdullah (hamba Allah) , ibunya Aminah (yang memberi rasa aman), kakeknya yang bergelar Abdul Muththalib bernama Syaibah (orang tua yang bijaksana), sedangkan yang membantu ibunya melahirkan bernama Asy-Syifa' (yang sempurna dan sehat), serta yang menyusukannya adalah Halimah As-Sa'diyah (yang lapang dada dan mujur). Semuanya mengisyaratkan keistimewaan berkaitan dengan Nabi Muhammad Saw. Makna nama-nama tersebut memiliki kaitan yang erat dengan kepribadian Nabi Muhammad Saw.   Al-Quran surat Al-A'raf (7): 157 juga menginformasikan bahwa Nabi Muhammad Saw. pada hakikatnya dikenal oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Hal ini antara lain disebabkan mereka mendapatkan (nama)-nya tertulis di dalam Taurat dan Injil (QS Al-A'raf [7]: 157).   Menurut pakar agama Islam, yang ditegaskan oleh Al-Quran itu, dapat terbaca antara lain dalam Pertanjian Lama, Kitab Ulangan 33 ayat 2:   "... bahwa Tuhan telah datang dari Torsina, dan telah terbit untuk mereka itu dari Seir, kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung Paran."   Pemahaman mereka berdasarkan analisis berikut: "Gunung Paran" menurut Kitab Pertanjian Lama, Kejadian ayat 21, adalah tempat putra Ibrahim -yakni Nabi Ismail- bersama ibunya Hajar memperoleh air (Zam-Zam). Ini berarti bahwa tempat tersebut adalah Makkah, dan dengan demikian yang tercantum dalam Kitab Ulangan di atas mengisyaratkan tiga tempat terpancarnya cahaya wahyu Ilahi: Thur Sina tempat Nabi Musa a.s., Seir tempat Nabi Isa a.s. , dan Makkah tempat Nabi Muhammad Saw. Sejarah membuktikan bahwa beliau satu-satunya Nabi dari Makkah.   Karena itu pula wajar jika Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 146 menyatakan bahkan mereka itu mengenalnya (Muhammad Saw.), sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka, bahkan salah seorang penganut agama Yahudi yang kemudian masuk Islam, yaitu Abdullah bin Salam pernah berkata, "Kami lebih mengenal dan lebih yakin tentang kenabian Muhammad Saw. daripada pengenalan dan keyakinan kami tentang anak-anak kami. Siapa tahu pasangan kami menyeleweng."   Masa Prakenabian   Ada beberapa ayat Al-Quran yang berbicara tentang Nabi Muhammad Saw. sebelum kenabian beliau. Antara lain,   "Bukankah Dia (Tuhan) mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu, dan Dia mendapatimu bimbang, lalu Dia memberi petunjuk kepadamu, dan Dia mendapatimu dalam keadaan kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan?" (QS Al-Dhuha [93]: 6-8).   Beliau yatim sejak di dalam kandungan, kemudian dipelihara dan dilindungi oleh paman dan kakeknya. Beliau hidup di dalam keresahan dan kebimbangan melihat sikap masyarakatnya, lalu Allah memberinya petunjuk, dan mengangkatnya sebagai Nabi dan Rasul. Beliau hidup miskin karena ayahnya tidak meninggalkan warisan untuknya, kecuali beberapa ekor kambing dan harta lainnya yang tidak berarti. Tetapi Allah memberinya kecukupan, khususnya menjelang dan saat hidup berumah tangga dengan istrinya, Khadijah a.s.   Ayat lain yang oleh ulama dianggap berbicara tentang Nabi Muhammad Saw. pada masa kanak-kanaknya, adalah surat Alam Nasyrah ayat pertama:   "Bukankah Kami (Tuhan) telah melapangkan dada untukmu?"   Sebagian ulama mengartikan kata nasyrah dengan "memotong/membedah." Memang, bila dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat materi, artinya demikian. Apabila dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat nonmateri, kata itu mengandung arti membuka, memberi pemahaman, menganugerahkan ketenangan dan semaknanya.   Yang mengaitkan dengan hal-hal materi berpendapat bahwa ayat ini berbicara tentang "pembedahan" yang pernah dilakukan oleh para malaikat terhadap Nabi Muhammad Saw. kala beliau remaja. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh mufasir An -Naisaburi.   Tetapi sepanjang penelitian penulis kata tersebut dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 5 kali, dan tidak satu pun yang digunakan dengan arti harfiah, apalagi bermakna pembedahan. Akan lebih jelas lagi jika hal itu disejajarkan dengan ayat yang berbicara tentang doa Nabi Musa a.s. di dalam Al-Quran.   "Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku" (QS Thaha [20]: 25-28)   Selanjutnya Al-Quran menegaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. tidak pernah membaca satu kitab atau menulis satu kata sebelum datangnya wahyu Al-Quran.   "Engkau tidak pernah membaca satu kitab pun sebelumnya (Al-Quran), tidak juga menulis satu tulisan dengan tanganmu, (andai kata kamu pernah membaca dan menulis) pasti akan benar-benar ragulah orang yang mengingkari-(mu)" (QS Al-'Ankabut [29]: 48).   Ayat ini secara pasti menyatakan bahwa beliau Saw. adalah orang yang tidak pandai membaca dan menulis. Banyak ulama yang memahami bahwa kendatipun kemudian Nabi Saw. menganjurkan umatnya belajar membaca dan menulis, namun beliau sendiri tidak melakukannya, karena Allah Swt. ingin menjadikan beliau sebagai bukti bahwa informasi yang diperolehnya benar-benar bukan bersumber dari manusia, melainkan dari Allah Swt.   Ada juga ulama yang memahami bahwa ketidakmampuan beliau membaca hanya terbatas sampai sebelum terbukti kebenaran ajaran Islam. Setelah kebenaran Islam terbukti -setelah hijrah ke Madinah- beliau telah pandai membaca. Menurut pendukungnya ide ini dikuatkan antara lain oleh kata "sebelumnya" yang terdapat pada ayat di atas.   Memang, kata ummi hanya ditemukan dua kali dalam Al-Quran (QS Al-A'raf [7] 157 dan 158) , dan keduanya menjadi sifat Nabi Muhammad Saw. Memang kedua ayat itu turun di Makkah, meskipun ada juga ayat lain yang turun di Madinah menyatakan,   "Dia (Allah) yang mengutus kepada masyarakat ummiyyin (buta huruf), seorang Rasul di antara mereka" (QS Al-Jum'ah [62]: 2)   Di sisi lain, harus disadari bahwa masyarakat beliau ketika itu menganggap kemampuan menulis sebagai bukti kelemahan seseorang.   Pada masa itu sarana tulis-menulis amat langka, sehingga masyarakat amat mengandalkan hafalan. Seseorang yang menulis dianggap tidak memiliki kemampuan menghafal, dan ini merupakan kekurangan. Penyair Zurrummah pernah ditemukan sedang menulis, dan ketika ia sadar bahwa ada orang yang melihatnya, ia bermohon,   "Jangan beri tahu siapa pun, karena ini (kemampuan menulis) bagi kami adalah aib."   Memang, nilai-nilai dalam masyarakat berubah, sehingga apa yang dianggap baik pada hari ini, boleh jadi sebelumnya dinilai buruk. Pada masa kini kemampuan menghafal tidak sepenting masa lalu, karena sarana tulis-menulis dengan mudah diperoleh.   Masa Kenabian   Pada usia 40 tahun, yang disebut oleh Al-Quran surat Al-Ahqaf ayat 15 sebagai usia kesempurnaan, Muhammad Saw. diangkat menjadi Nabi. Ditandai dengan turunnya wahyu pertama Iqra' bismi Rabbik.   Sebelumnya beliau tidak pernah menduga akan mendapat tugas dan kedudukan yang demikian terhormat. Karena itu ditemukan ayat-ayat Al-Quran yang menguraikan sikap beliau terhadap wahyu dan memberi kesan bahwa pada mulanya beliau sendiri "ragu" dan gelisah mengenai hal yang dialaminya. QS Yunus (10): 94 mengisyaratkan bahwa,   "Kalau engkau ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca Kitab Suci sebelum kamu (QS Yunus [10]: 94).


Kegelisahan itu bertambah besar pada saat wahyu yang beliau nanti-nantikan tidak kunjung datang, hingga menurut beberapa riwayat beliau sedemikian gelisah, sampai-sampai konon beliau hampir saja mencelakakan dirinya. Rupanya Allah Swt. bermaksud menjadikan beliau lebih merindukan lagi "sang kekasih dan firman-firman-Nya" agar semakin mantap cinta beliau kepada-Nya.   Surat Adh-Dhuha menyatakan sekelumit hal itu, sekaligus sekilas kedudukan beliau di sisi Allah. Surat ini turun berkenaan dengan kegelisahan Nabi Muhammad Saw. karena ketidakhadiran Malaikat Jibril membawa wahyu setelah sekian kali sebelumnya datang.   "Demi adh-dhuha, dan malam ketika hening. Tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tidak pula membenci-(mu dan siapa pun).   Mengapa adh-dhuha -yakni "matahari ketika naik sepenggalah"-yang dipilih berkaitan dengan wahyu-wahyu yang diterima oleh Nabi Saw., atau apakah adh-dhuha ada kaitannya dengan ketidakhadiran wahyu-wahyu Ilahi?   Ketika matahari naik sepenggalah, cahayanya memancar menerangi seluruh penjuru. Cahayanya tidak terlalu terik, sehingga tidak menyebabkan gangguan sedikit pun, bahkan panasnya memberikan kesegaran, kenyamanan, dan kesehatan.   Di sini Allah Swt. melambangkan kehadiran wahyu selama ini sebagai kehadiran cahaya matahari yang sinarnya demikian jelas, menyegarkan, dan menyenangkan. Sedangkan ketidakhadiran wahyu dinyatakan dengan kalimat, "Demi malam ketika hening."   Dari kedua hal yang bertolak belakang itu, Allah menafikan dugaan atau tanggapan yang menyatakan bahwa Muhammad Saw. telah ditinggalkan oleh Tuhannya, atau bahkan Tuhan telah membencinya. Kehadiran malam tidak menjadikan seseorang boleh berkata bahwa matahari tidak akan terbit lagi, karena kenyataan sehari-hari membuktikan kekeliruan ucapan seperti itu. Nah, ketidakhadiran wahyu beberapa saat tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan bahwa wahyu tidak akan hadir lagi atau Muhammad telah ditinggalkan oleh Tuhannya.   Ketidakhadiran antara lain menjadi isyarat kepada Nabi Muhammad Saw. untuk beristirahat, karena "malam" dijadikan Tuhan sebagai waktu "beristirahat."   Dapat juga dikatakan bahwa ketidakhadiran wahyu justru pada saat Nabi Muhammad menanti-nantikannya, membuktikan bahwa wahyu adalah wewenang Tuhan sendiri. Walaupun keinginan Nabi Saw. meluap-luap menantikan kehadirannya, namun jika Tuhan tidak menghendaki, wahyu tidak akan datang. Ini membuktikan bahwa wahyu bukan merupakan hasil renungan atau bisikan jiwa.   Kenabian Muhammad Saw. bukan merupakan hal yang baru bagi umat manusia. Nabi Muhammad secara tegas diperintahkan untuk menyatakan hal itu,   "Katakanlah, 'Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul. Aku tidak mengetahui yang diperbuat terhadapku, tidak juga terhadapmu. Aku tidak lain hanya mengikuti yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.'" (QS Al-Ahqaf [46]: 9)   Namun demikian' kenabian Muhammad Saw. berbeda dengan kenabian utusan Tuhan yang lain. Sebelum beliau, para Nabi dan Rasul diutus untuk masyarakat dan waktu tertentu, tetapi Nabi Muhammad Saw. diutus untuk seluruh manusia di setiap waktu dan tempat,   "Katakanlah (hai Muhammad), 'Wahai seluruh manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kamu semua'" (QS Al-A'raf [7]: 158)   Ada sementara orientalis yang menduga bahwa pada mulanya Nabi Muhammad Saw. hanya bermaksud mengajarkan agamanya kepada orang-orang Arab, tetapi setelah beliau berhasil di Madinah, beliau memperluas dakwahnya untuk seluruh manusia.   Pendapat ini sungguh keliru, karena sejak di Makkah beliau telah menegaskan bahwa beliau diutus untuk seluruh manusia.   "Katakanlah (hai Muhammad), 'Wahai seluruh manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kamu semua.'" (QS Al-A'raf [7]: 158).   Ayat ini turun ketika Nabi Saw. sedang berada di Makkah, bahkan menurut sementara ulama, semua ayat Al-Quran yang dimulai dengan panggilan "Wahai seluruh manusia," semuanya turun di Makkah kecuali beberapa ayat.   Perbedaan yang lain adalah para nabi sebelum beliau selalu mengaitkan kenabian dengan hal-hal yang bersifat suprarasional, baik berbentuk sihir, pengetahuan gaib, mimpi-mimpi, dan lain-lain.   Isa a.s. misalnya bersabda,   "Sesungguhnya Aku telah datang kepadamu dengan membawa bukti (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat burung untuk kamu dari tanah, kemudian aku meniupnya sehingga ia menjadi burung dengan seizin Allah, dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir, dan orang yang berpenyakit sopak (lepra), dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah, dan aku kabarkan kepadamu yang kamu makan dan yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah suatu tanda (mukjizat tentang kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman." (QS Ali 'Imran [3]: 49)   Dalam Perjanjian Baru, Isa a.s. juga menyatakan, "Jangan percaya padaku, jika aku tidak mengerjakan pekerjaan Bapak ..."   Demikian halnya Isa a.s. dan para nabi sebelumnya. Oleh karena itu, ketika masyarakat Arab Quraisy meminta bukti-bukti yang bersifat suprarasional, Nabi Muhammad Saw. diperintahkan untuk menyampaikan kalimat-kalimat berikut:   "Katakanlah, 'Sesungguhnya bukti-bukti itu bersumber dari Allah, sedang aku hanya pembawa peringatan yang menjelaskan.'" (QS Al-'Ankabut [29]: 50)   Dr. Nazme Luke, seorang pendeta Mesir, berkomentar bahwa menghidupkan orang mati, mengembalikan penglihatan orang buta, dan lain-lain adalah hal-hal yang sangat mengagumkan, tetapi tidak berarti apa-apa jika digunakan untuk membuktikan bahwa 2+2 = 5.   Masyarakat pada masa Isa a.s. membutuhkan bukti-bukti yang bersifat suprarasional, karena mereka belum mencapai tingkat kedewasan yang memadai. Hal ini, tulisnya, sama dengan membujuk anak kecil untuk makan, padahal jika telah dewasa, ia akan makan tanpa dibujuk.   Memang Nabi Muhammad Saw. tidak mengandalkan hal-hal yang bersifat suprarasional sebagai bukti kebenaran ajarannya.   Bukti kebenaran kenabian dan kerasulannya adalah Al-Quran dan diri beliau sendiri yang ummi (tidak pandai membaca dan menulis). Para pakar bersepakat dengan menggunakan berbagai tolok ukur untuk mengakui beliau sebagai manusia teragung yang pernah dikenal oleh sejarah kemanusiaan   Demikianlah kesimpulan Thomas Carlyle dalam bukunya On Heroes, Hero, Worship and the Heros in History dengan menggunakan tolok ukur kepahlawanan. Demikian pula Will Durant dalam The Story of Civilization in the World dengan tolok ukur hasil karya, Marcus Dodds dalam Muhammad, Buddha, and Christ, dengan tolok ukur keberanian moral, Nazme Luke dalam Muhammad Al-Rasul wa Al-Risalah dengan tolok ukur metode pembuktian ajaran, serta Michael Hart dalam bukunya tentang seratus tokoh dunia yang paling berpengaruh dalam sejarah, dengan tolok ukur pengaruh serta sederetan pakar lainnya.   "Mustahil bagi siapa pun yang mempelajari kehidupan dan karakter Muhammad (Saw.), hanya mempunyai perasaan hormat saja terhadap Nabi mulia itu. Ia akan melampauinya sehingga meyakini bahwa beliau adalah salah seorang Nabi terbesar dari sang Pencipta," demikian Annie Besant menulis dalam The Life and Teachings of Muhammad.   Dalam konteks ini Al-Quran surat Alam Nasyrah ayat 4 menyatakan,   "Sesungguhnya Kami pasti akan meninggikan namamu."   Dalam ayat lain dinyatakan:   "Wahai seluruh manusia, telah datang kepada kamu bukti yang sangat jelas dan Tuhanmu (yakni Muhammad Saw.), dan Kami telah (pula) menurunkan cahaya yang terang benderang (Al-Quran)" (QS Al-Nisa' [4]: 174).   Akhlak dan Fungsi Kenabian Muhammad Saw.   Al-Quran mengakui secara tegas bahwa Nabi Muhammad Saw. memiliki akhlak yang sangat agung. Bahkan dapat dikatakan bahwa konsideran pengangkatan beliau sebagai nabi adalah keluhuran budi pekertinya. Hal ini dipahami dari wahyu ketiga yang antara lain menyatakan bahwa:   "Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung" (QS Al-Qalam [68]: 4).   Kata "di atas" tentu mempunyai makna yang sangat dalam, melebihi kata lain, misalnya, pada tahap/dalam keadaan akhlak mulia   Seperti dikemukakan di atas, Al-Quran surat Al-An'am ayat 90 menyebutkan dalam rangkaian ayat-ayatnya 18 nama Nabi/Rasul. Setelah kedelapan belas nama disebut, Allah berpesan kepada Nabi Muhammad Saw.,   "Mereka itulah yang telah memperoleh petunjuk dari Allah, maka hendaknya kamu meneladani petunjuk yang mereka peroleh."   Ulama-ulama tafsir menyatakan bahwa Nabi Saw. pasti memperhatikan benar pesan ini. Hal itu terbukti antara lain, ketika salah seorang pengikutnya mengecam kebijaksanaan beliau saat membagi harta rampasan perang, beliau menahan amarahnya dan menyabarkan diri dengan berkata,   "Semoga Allah merahmati Musa a s. Dia telah diganggu melebihi gangguan yang kualami ini, dan dia bersabar (maka aku lebih wajar bersabar daripada Musa a s.)."   Karena itu pula sebagian ulama tafsir menyimpulkan, bahwa pastilah Nabi Muhammad Saw. telah meneladani sifat-sifat terpuji para nabi sebelum beliau   Nabi Nuh a.s. dikenal sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam berdakwah. Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai seorang yang amat pemurah, serta amat tekun bermujahadah mendekatkan diri kepada Allah. Nabi Daud a.s. dikenal sebagai nabi yang amat menonjolkan rasa syukur serta penghargaannya terhadap nikmat Allah. Nabi Zakaria a.s., Yahya a.s., dan Isa a.s., adalah nabi-nabi yang berupaya menghindari kenikmatan dunia demi mendekatkan diri kepada Allah Swt.   Nabi Yusuf a.s. terkenal gagah, dan amat bersyukur dalam nikmat dan bersabar menahan cobaan. Nabi Yunus a. s. diketahui sebagai nabi yang amat khusyuk ketika berdoa, Nabi Musa terbukti sebagai nabi yang berani dan memiliki ketegasan, Nabi Harun a.s. sebaliknya, adalah nabi yang penuh dengan kelemahlembutan. Demikian seterusnya, dan Nabi Muhammad Saw. meneladani semua keistimewaan mereka itu.   Ada beberapa sifat Nabi Muhammad Saw. yang ditekankan oleh Al-Quran, antara lain,   "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu (umat manusia), serta sangat menginginkan kebaikan untuk kamu semua, lagi amat tinggi belas kasihannya serta penyayang terhadap orang-orang mukmin" (QS Al-Tawbah [9]: 128).   Begitu besar perhatiannya kepada umat manusia, sehingga hampir-hampir saja ia mencelakakan diri demi mengajak mereka beriman (baca QS Syu'ara [26]: 3). Begitu luas rahmat dan kasih sayang yang dibawanya, sehingga menyentuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk-makhluk tak bernyawa.   Sebelum Eropa memperkenalkan Organisasi Pencinta Binatang, Nabi Muhammad Saw. telah mengajarkan,   "Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang-binatang, kendarailah dan makanlah dengan baik."   "Seorang wanita terjerumus ke dalam neraka karena seekor kucing yang dikurungnya."   "Seorang wanita yang bergelimang dosa diampuni Tuhan karena memberi minum seekor anjing yang kehausan."   Rahmat dan kasih sayang yang dicurahkannya sampai pula pada benda-benda tak bernyawa. Susu, gelas, cermin, tikar, perisai, pedang, dan sebagainya, semuanya beliau beri nama, seakan-akan benda-benda tak bernyawa itu mempunyai kepribadian yang membutuhkan uluran tangan, rahmat, kasih sayang, dan persahabatan.   Diakui bahwa Muhammad Saw. diperintahkan Allah untuk menegaskan bahwa,   "Aku tidak lain kecuali manusia seperti kamu, (tetapi aku) diberi wahyu ..." (QS Al-Kahf [18]: 110).
Beliau adalah manusia seperti manusia yang lain dalam naluri, fungsi fisik, dan kebutuhannya, tetapi bukan dalam sifat-sifat dan keagungannya, karena beliau mendapat bimbingan Tuhan dan kedudukan istimewa di sisi-Nya, sedang yang lain tidak demikian. Seperti halnya permata adalah jenis batu yang sama jenisnya dengan batu yang di jalan, tetapi ia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh batu-batu lain. Dalam bahasa tafsir Al-Quran, "Yang sama dengan manusia lain adalah basyariyah bukan pada insaniyah." Perhatikan bunyi firman tadi: basyarun mitslukum bukan insan mitslukum.   Atas dasar sifat-sifat yang agung dan menyeluruh itu, Allah Swt. menjadikan beliau sebagai teladan yang baik sekaligus sebagai syahid (pembawa berita gembira dan pemberi peringatan)   "Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian." (QS Al-Ahzab [33]: 2l).   Keteladanan tersebut dapat dilakukan oleh setiap manusia, karena beliau telah memiliki segala sifat terpuji yang dapat dimiliki oleh manusia   Dalam konteks ini, Abbas Al-Aqqad, seorang pakar Muslim kontemporer menguraikan bahwa manusia dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe: seniman, pemikir, pekerta, dan yang tekun beribadah.   Sejarah hidup Nabi Muhammad Saw. membuktikan bahwa beliau menghimpun dan mencapai puncak keempat macam manusia tersebut. Karya-karyanya, ibadahnya, seni bahasa yang dikuasainya, serta pemikiran-pemikirannya sungguh mengagumkan setiap orang yang bersikap objektif. Karena itu pula seorang Muslim akan kagum berganda kepada beliau, sekali pada saat memandangnya melalui kacamata ilmu dan kemanusiaan, dan kedua kali pada saat memandangnya dengan kacamata iman dan agama.   Banyak fungsi yang ditetapkan Allah bagi Nabi Muhammad Saw., antara lain sebagai syahid (pembawa berita gembira dan pemberi peringatan) (QS Al-Fath [48]: 8), yang pada akhirnya bermuara pada penyebarluasan rahmat bagi alam semesta.   Di sini fungsi beliau sebagai syahid/syahid akan dijelaskan agak mendalam.   Demikian itulah Kami jadikan kamu umat pertengahan, agar kamu menjadi saksi terhadap manusia, dan agar Rasul (Muhammad Saw.) menjadi saksi terhadap kamu ... (QS Al-Baqarah [2]: 143)   Kata syahid/syahid antara lain berarti "menyaksikan," baik dengan pandangan mata maupun dengan pandangan hati (pengetahuan). Ayat itu menjelaskan keberadaan umat Islam pada posisi tengah, agar mereka tidak hanyut pada pengaruh kebendaan, tidak pula mengantarkannya membubung tinggi ke alam ruhani sehingga tidak berpijak lagi di bumi. Mereka berada di antara keduanya (posisi tengah), sehingga mereka dapat menjadi saksi dalam arti patron/teladan dan skala kebenaran bagi umat-umat yang lain, sedangkan Rasulullah Saw. yang juga berkedudukan sebagai syahid (saksi) adalah patron dan teladan bagi umat Islam. Kendati ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut berarti bahwa Nabi Muhammad Saw. akan menjadi saksi di hari kemudian terhadap umatnya dan umat-umat terdahulu, seperti bunyi firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Nisa' (4): 41:   Maka bagaimanakah halnya orang-orang kafir nanti apabila Kami menghadirkan seorang saksi dari tiap-tiap umat dan Kami hadirkan pula engkau (hai Muhammad) sebagai saksi atas mereka (QS Al-Nisa, [4]: 41).   Tingkat syahadat (persaksian) hanya diraih oleh mereka yang menelusuri jalan lurus (shirath al-mustaqim), sehingga mereka mampu menyaksikan yang tersirat di balik yang tersurat. Mereka yang menurut Ibnu Sina disebut "orang yang arif," mampu memandang rahasia Tuhan yang terbentang melalu qudrat-Nya. Tokoh dari segala saksi adalah Rasulullah Muhammad Saw. yang secara tegas di dalam ayat ini dinyatakan "diutus untuk menjadi syahid (saksi)."   Sikap Allah Swt. terhadap Nabi Muhammad Saw.   Dari penelusuran terhadap ayat-ayat Al-Quran ditemukan bahwa para nabi sebelum Nabi Muhammad Saw. telah diseru oleh Allah dengan nama-nama mereka; Ya Adam..., Ya Musa..., Ya Isa..., dan sebagainya. Tetapi terhadap Nabi Muhammad Saw., Allah Swt. sering memanggilnya dengan panggilan kemuliaan, seperti Ya ayyuhan Nabi..., Ya ayyuhar Rasul..., atau memanggilnya dengan panggilan-panggilan mesra, seperti Ya ayyuhal muddatstsir, atau ya ayyuhal muzzammil (wahai orang yang berselimut). Kalau pun ada ayat yang menyebut namanya, nama tersebut dibarengi dengan gelar kehormatan. Perhatikan firman-Nya dalam surat Ali-'Imran (3): 144, Al-Ahzab (33): 40, Al-Fat-h (48): 29, dan Al-Shaff (61): 6.   Dalam konteks ini dapat dimengerti mengapa Al-Quran berpesan kepada kaum mukmin.   "Janganlah kamu menjadikan panggilan kepada Rasul di antara kamu, seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain... (QS Al-Nur [24]: 63).   Sikap Allah kepada Rasul Saw. dapat juga dilihat dengan membandingkan sikap-Nya terhadap Musa a.s.   Nabi Musa a.s. bermohon agar Allah menganugerahkan kepadanya kelapangan dada, serta memohon agar Allah memudahkan segala persoalannya.   "Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku (QS Thaha [20]: 25-26).   Sedangkan Nabi Muhammad Saw. memperoleh anugerah kelapangan dada tanpa mengajukan permohonan. Perhatikan firman Allah dalam surat Alam Nasyrah, Bukankah Kami telah melapangkan dadamu? (QS Alam Nasyrah [94]: 1).   Dapat diambil kesimpulan bahwa yang diberi tanpa bermohon tentunya lebih dicintai daripada yang bermohon, baik permohonannya dikabulkan, lebih-lebih yang tidak.   Permohonan Nabi Musa a.s. adalah agar urusannya dipermudah, sedangkan Nabi Muhammad Saw. bukan sekadar urusan yang dimudahkan Tuhan, melainkan beliau sendiri yang dianugerahi kemudahan. Sehingga betapapun sulitnya persoalan yang dihadapi -dengan pertolongan Allah-beliau akan mampu menyelesaikannya. Mengapa demikian? Karena Allah menyatakan kepada Nabi Muhammad dalam surat Al-A'la (87): 8:   "Dan Kami mudahkan kamu ke jalan yang mudah."   Mungkin saja urusan telah mudah, namun seseorang, karena satu dan lain sebab-tidak mampu menghadapinya. Tetapi jika yang bersangkutan telah memperoleh kemudahan, walaupun sulit urusan tetap akan terselesaikan.   Keistimewaan yang dimiliki beliau tidak berhenti di sana saja. Juga dengan keistimewaan kedua, yaitu "jalan yang beliau tempuh selalu dimudahkan Tuhan" sebagaimana tersurat dalam firman Allah, "Dan Kami mudahkan kamu ke jalan yang mudah." (QS Al-A'la [87]: 8).   Dari sini jelas bahwa apa yang diperoleh oleh Nabi Muhammad Saw. melebihi apa yang diperoleh oleh Nabi Musa a.s., karena beliau tanpa bermohon pun memperoleh kemudahan berganda, sedangkan Nabi Musa a.s. baru memperoleh anugerah "kemudahan urusan" setelah mengajukan permohonannya.   Itu bukan berarti bahwa Nabi Muhammad Saw. dimanjakan oleh Allah, sehingga beliau tidak akan ditegur apabila melakukan sesuatu yang kurang wajar sebagai manusia pilihan.   Dari Al-Quran ditemukan sekian banyak teguran-teguran Allah kepada beliau, dari yang sangat tegas hingga yang lemah lembut   Perhatikan teguran firman Allah ketika beliau memberi izin kepada beberapa orang munafik untuk tidak ikut berperang.   "Allah telah memaafkan kamu. Mengapa engkau mengizinkan mereka? (Seharusnya izin itu engkau berikan) setelah terbukti bagimu siapa yang berbohong dalam alasannya, dan siapa pula yang berkata benar (QS Al-Tawbah [9]: 43)   Dalam ayat tersebut Allah mendahulukan penegasan bahwa beliau telah dimaafkan, baru kemudian disebutkan "kekeliruannya."   Teguran keras baru akan diberikan kepada beliau terhadap ucapan yang mengesankan bahwa beliau mengetahui secara pasti orang yang diampuni Allah, dan yang akan disiksa-Nya, maupun ketika beliau merasa dapat menetapkan siapa yang berhak disiksa.   "Engkau tidak mempunyai sedikit urusan pun. (Apakah) Allah menerima tobat mereka atau menyiksa mereka (QS Ali 'Imran [3]: 128).   Perhatikan teguran Allah dalam surat 'Abasa ayat 1-2 kepada Nabi Muhammad Saw., yang tidak mau melayani orang buta yang datang meminta untuk belajar pada saat Nabi Saw. sedang melakukan pembicaraan dengan tokoh-tokoh kaum musyrik di Makkah   "Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya..."   Teguran ini dikemukakan dengan rangkaian sepuluh ayat, dan diakhiri dengan:   "Sekali-kali jangan (demikian). Sesungguhnya ajaran-ajaran Allah adalah suatu peringatan" (QS 'Abasa [80]: 11).   Nabi berpaling dan sekadar bermuka masam ketika seseorang mengganggu konsentrasi dan pembicaraan serius pada saat rapat; hakikatnya dapat dinilai sudah sangat baik bila dikerjakan oleh manusia biasa. Namun karena Muhammad Saw. adalah manusia pilihan, sikap dernikian itu dinilai kurang tepat, yang dalam istilah Al-Quran disebut zanb (dosa).   Dalam hal ini ulama memperkenalkan kaidah: Hasanat al-abrar, sayyiat al-muqarrabin, yang berarti "kebajikan-kebajikan yang dilakukan oleh orang-orang baik, (dapat dinilai sebagai) dosa (bila diperbuat oleh) orang-orang yang dekat kepada Tuhan."   --oo0oo--   Disadari sepenuhnya bahwa uraian tentang Nabi Muhammad Saw. amat panjang, yang dapat diperoleh secara tersirat maupun tersurat dalam Al-Quran, maupun dari sunnah, riwayat, dan pandangan para pakar. Tidak mungkin seseorang dapat menjangkau dan menguraikan seluruhnya, karena itu sungguh tepat kesimpulan yang diberikan oleh penyair Al-Bushiri,   "Batas pengetahuan tentang beliau, hanya bahwa beliau adalah seorang manusia, dan bahwa beliau adalah sebaik-baik makhluk Allah seluruhnya."   Allahumma shalli wa sallim 'alaih. []

MEMBANTAH BAHWA AL-QUR'AN MENJIPLAK BIBEL,DAN MEMBALIKKAN KATA BAHWA BIBLE LAH YG KITAB DONGENG

Seringkali Para Misionaris Penghujat Islam menuduh Al Qur’an merupakan Jiplakan dari Alkitab, dan salah satu tuduhan tersebut dasar argumentasinya Karena adanya kesamaan Nama nama yang dikisahkan didalam Al Qur’an terdapat didalam Bible.

Logika tersebut sekilas ‘masuk akal’ bagi orang orang yang malas melakukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut , bahkan bagi orang orang yang terkuasai oleh Kebencian mereka anggap itu sebagai ‘senjata Ampuh’ menyerang Islam.

Bahkan mereka berargumentasi sesuatu yang bukan Jiplakan maka tidak boleh ada kesamaan nama yang diceritakan dengan Kitab yang sebelumnya sudah ada.

Logika tersebut lebih pada logika orang yang sangat Picik,karena menceritakan seorang Tokoh sama disimpulkan sebagai jiplakan ,bahkan sangat wajar kalau kemudian ada yang menggunakan nama yang sama dengan sebelumnya yang sudah pernah ada.. justru menjadi konyol kalau menuntut bukti bukan sebuah Jiplakan harus tidak ada kesamaannya.

dalam hal ini untuk membuktikan lebih lanjut kita coba melakukan Pengkajian terhadap sebuah Kisah didalam Alkitab dan Al Qur’an yang didalamnya Banyak Kesamaannya, tetapi ada perbedaan perbedaan Mendasar didalamnya.

dan Contoh yang Amor ajukan ini adalah Kisah Adam As Menurut Alkitab dan Al Qur’an , yang sebagian tulisan ini sudah saya postingkan dibeberapa Forum diskus.

tetapi Tentu saja didalam Note ini tidak saya buat sama persis dengan tulisan tulisan sebelumnya tetapi perlu saya tambahkan dengan memperhatikan perkembangan Aktual di FB yang diketahui Penulis .

kisah Adam didalam alkitab maka kita bisa memperhatikan di Kejadian Kejadian 2:7- kejadian 3:24
2:7 Kemudian TUHAN Allah mengambil sedikit tanah, membentuknya menjadi seorang manusia, lalu menghembuskan napas yang memberi hidup ke dalam lubang hidungnya; maka hiduplah manusia itu. 
2:8 Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur, dan ditempatkan-Nya di situ manusia yang sudah dibentuk-Nya itu. 
2:9 TUHAN Allah menumbuhkan segala macam pohon yang indah, yang menghasilkan buah-buahan yang baik. Di tengah-tengah taman tumbuhlah pohon yang memberi hidup, dan pohon yang memberi pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. 
2:10 Sebuah sungai mengalir dari Eden, membasahi taman itu; dan di luar Eden sungai itu terbagi menjadi empat cabang. 
2:11 Yang pertama bernama Pison; sungai itu mengalir mengelilingi tanah Hawila. 
2:12 Di situ terdapat emas murni dan juga wangi-wangian yang sulit diperoleh, serta batu-batu permata. 
2:13 Sungai yang kedua bernama Gihon; airnya mengalir mengelilingi tanah Kus. 
2:14 Sungai yang ketiga bernama Tigris dan mengalir di sebelah timur Asyur. Sungai yang keempat bernama Efrat. 
2:15 Kemudian TUHAN Allah menempatkan manusia itu di taman Eden untuk mengerjakan dan memelihara taman itu. 
2:16 TUHAN berkata kepada manusia itu, “Engkau boleh makan buah-buahan dari semua pohon di taman ini, 
2:17 kecuali dari pohon yang memberi pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Buahnya tidak boleh engkau makan; jika engkau memakannya, engkau pasti akan mati pada hari itu juga.” 
2:18 Lalu TUHAN Allah berkata, “Tidak baik manusia hidup sendirian. Aku akan membuat teman yang cocok untuk membantunya.” 
2:19 Maka Ia mengambil sedikit tanah dan membentuk segala macam binatang darat dan binatang udara. Semuanya dibawa Allah kepada manusia itu untuk melihat nama apa yang akan diberikannya kepada binatang-binatang itu. Itulah asal mulanya binatang di darat dan di udara mendapat namanya masing-masing. 
2:20 Demikianlah manusia itu memberi nama kepada semua binatang di darat dan di udara. Tetapi tidak satu pun di antaranya bisa menjadi teman yang cocok untuk membantunya. 
2:21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia tidur nyenyak, dan selagi ia tidur, TUHAN Allah mengeluarkan salah satu rusuk dari tubuh manusia itu, lalu menutup bekasnya dengan daging. 
2:22 Dari rusuk itu TUHAN membentuk seorang perempuan, lalu membawanya kepada manusia itu. 
2:23 Maka berkatalah manusia itu, “Ini dia, orang yang sama dengan aku–tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku. Kunamakan dia perempuan, karena ia diambil dari laki-laki.” 
2:24 Itulah sebabnya orang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan istrinya, lalu keduanya menjadi satu. 
2:25 Laki-laki dan perempuan itu telanjang, tetapi mereka tidak merasa malu. 
3:1 Ular adalah binatang yang paling licik dari segala binatang yang dibuat oleh TUHAN Allah. Ular itu bertanya kepada perempuan itu, “Apakah Allah benar-benar melarang kalian makan buah-buahan dari segala pohon di taman ini?” 
3:2 “Kami boleh makan buah-buahan dari setiap pohon di dalam taman ini,” jawab perempuan itu, 
3:3 “kecuali dari pohon yang ada di tengah-tengah taman. Allah melarang kami makan buah dari pohon itu ataupun menyentuhnya; jika kami melakukannya, kami akan mati.” 
3:4 Ular itu menjawab, “Itu tidak benar; kalian tidak akan mati. 
3:5 Allah mengatakan itu karena dia tahu jika kalian makan buah itu, pikiran kalian akan terbuka; kalian akan menjadi seperti Allah dan mengetahui apa yang baik dan apa yang jahat.” 
3:6 Perempuan itu melihat bahwa pohon itu indah, dan buahnya nampaknya enak untuk dimakan. Dan ia berpikir alangkah baiknya jika dia menjadi arif. Sebab itu ia memetik buah pohon itu, lalu memakannya, dan memberi juga kepada suaminya, dan suaminya pun memakannya. 
3:7 Segera sesudah makan buah itu, pikiran mereka terbuka dan mereka sadar bahwa mereka telanjang. Sebab itu mereka menutupi tubuh mereka dengan daun ara yang mereka rangkaikan. 
3:8 Petang itu mereka mendengar TUHAN Allah berjalan di dalam taman, lalu mereka berdua bersembunyi di antara pohon-pohon supaya tidak dilihat oleh TUHAN. 
3:9 Tetapi TUHAN Allah berseru kepada laki-laki itu, “Di manakah engkau?”3:10 Laki-laki itu menjawab, “Saya mendengar Engkau di taman; saya takut, jadi saya bersembunyi karena telanjang.” 
3:11 “Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa engkau telanjang?” Allah bertanya. “Apakah engkau makan buah yang Kularang engkau makan itu?” 
3:12 Laki-laki itu menjawab, “Perempuan yang Engkau berikan untuk menemani saya, telah memberi buah itu kepada saya, lalu saya memakannya.” 
3:13 TUHAN Allah bertanya kepada perempuan itu, “Mengapa kaulakukan itu?” Jawabnya, “Saya ditipu ular, sehingga saya makan buah itu.” 
3:14 Sesudah itu TUHAN Allah berkata kepada ular itu, “Engkau akan dihukum karena perbuatanmu itu; dari segala binatang hanya engkau saja yang harus menanggung kutukan ini: Mulai sekarang engkau akan menjalar dengan perutmu, dan makan debu seumur hidupmu. 
3:15 Engkau dan perempuan itu akan saling membenci, keturunannya dan keturunanmu akan selalu bermusuhan. Keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan menggigit tumit mereka.” 
3:16 Lalu kata TUHAN kepada perempuan itu, “Aku akan menambah kesakitanmu selagi engkau hamil dan pada waktu engkau melahirkan. Tetapi meskipun demikian, engkau masih tetap berahi kepada suamimu, namun engkau akan tunduk kepadanya.” 
3:17 Lalu kata TUHAN kepada laki-laki itu, “Engkau mendengarkan kata-kata istrimu lalu makan buah yang telah Kularang engkau makan. Karena perbuatanmu itu, terkutuklah tanah. Engkau harus bekerja keras seumur hidupmu agar tanah ini bisa menghasilkan cukup makanan bagimu. 
3:18 Semak dan duri akan dihasilkan tanah ini bagimu, dan tumbuh-tumbuhan liar akan menjadi makananmu. 
3:19 Engkau akan bekerja dengan susah payah dan berkeringat untuk membuat tanah ini menghasilkan sesuatu, sampai engkau kembali kepada tanah, sebab dari tanahlah engkau dibentuk. Engkau dijadikan dari tanah, dan akan kembali ke tanah.” 
3:20 Adam menamakan istrinya Hawa, karena perempuan itu menjadi ibu seluruh umat manusia. 
3:21 Maka TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk Adam dan istrinya, lalu mengenakan-Nya kepada mereka. 
3:22 TUHAN Allah berkata, “Sekarang manusia telah menjadi seperti Kita dan mempunyai pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Jadi perlu dicegah dia makan buah pohon yang memberi hidup, supaya dia jangan hidup untuk selama-lamanya.” 
3:23 Maka TUHAN Allah mengusir manusia dari taman Eden dan menyuruhnya mengusahakan tanah yang menjadi asalnya itu. 
3:24 Kemudian, di sebelah timur taman itu di depan pintu masuk, TUHAN Allah menempatkan kerub-kerub, dan sebilah pedang berapi yang berputar ke segala arah, untuk menjaga jalan ke pohon yang memberi hidup itu. Dengan demikian tak seorang pun dapat masuk dan mendekati pohon itu

=======================================

dan kita bandingkan dengan kisah Adam di dalam al-Qur’an
Qs al Baqarah 30-38[30] Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. 
[31] Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” 
[32] Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 
[33] Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” 
[34] Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan yang kafir. 
[35] Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim. 
[36] Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. 
[37] Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. 
[37] Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. 

[38] Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.


====================================
Membandingkan keduanya maka kita akan lihat, ada beberapa persamaan

1. tokoh yang diceritakan,yaitu Adam.sebagai manusia yang pertama diciptakan
2. diberinya kebebasan makan apa saja kecuali hanya satu jenis yang dilarang
3. tipu daya kepada adam agar melanggar perintah dari Allah(makan buah khuldi)
4. pelanggaran yang dilakukan adam.
5. diusirnya adam dari tempat tersebut! 

apakah karena kesamaan-kesamaan ini bisa menjadi pembenar kalau Al-Qur’an menjiplak alkitab?  

sebaiknya para penuduh tersebut jangan hanya melihat persamaanya tetapi harus mencermati perbedaan-perbedaan kedua kisah tersebut

==========================
Pertama didalam Versi Alkitab :

1. tempat terjadinya peristiwa tersebut! 
 kalau kita perhatikan secara kronologis(ayat-ayat sebelumnya) kisah didalam alkitab. kisah tersebut terjadi di bumi  
2.apa yang terjadi sekarang, adalah akibat perbuatan adam dan hawa=karena kena “kutuk”.


  • A. seorang wanita melahirkan dengan rasa sakit tapi masih birahi juga pada suaminya

 3:16 Lalu kata TUHAN kepada perempuan itu, “Aku akan menambah kesakitanmu selagi engkau hamil dan pada waktu engkau melahirkan. Tetapi meskipun demikian, engkau masih tetap berahi kepada suamimu, namun engkau akan tunduk kepadanya.” 

  • B. harus repot-repot/bersusah payah sampai mengeluarkan keringat(buat melangsungkan kehidupan sehari-hari)kejadian

 3:17 Lalu kata TUHAN kepada laki-laki itu, “Engkau mendengarkan kata-kata istrimu lalu makan buah yang telah Kularang engkau makan. Karena perbuatanmu itu, terkutuklah tanah. Engkau harus bekerja keras seumur hidupmu agar tanah ini bisa menghasilkan cukup makanan bagimu.kejadian  
 3:19 Engkau akan bekerja dengan susah payah dan berkeringat untuk membuat tanah ini menghasilkan sesuatu, sampai engkau kembali kepada tanah, sebab dari tanahlah engkau dibentuk. Engkau dijadikan dari tanah, dan akan kembali ke tanah.”b. mengalami kematian  
 3:22 TUHAN Allah berkata, “Sekarang manusia telah menjadi seperti Kita dan mempunyai pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Jadi perlu dicegah dia makan buah pohon yang memberi hidup, supaya dia jangan hidup untuk selama-lamanya.”ayat-ayat yang termasuk  
2 bahwa apa yang terjadi sekarang karena kutukan= sebagai akibat dari perbuatan / kesalahan Adam 
 Inilah yang menjadikan dasar konsep Dosa Waris ,persoalan “dosa waris disini” justru memunculkan banyak pertanyaan-pertanyaan  
 A. Apakah semua makhluk/ciptaan Tuhan juga mewarisi dosa yang dilakukan Adam??= bahwa semua makhluk/ciptaan tuhan mendapat kutukan / mengalami kematian dan berbuat kejahatan.  
Kemungkinannya: 

a. Kalau dijawab ya,berarti Yesus juga mendapat kutukan=mewarisi dosa Adam.

b. Kalau dijawab tidak, apakah orang Kristen bisa memberi bukti bahwa ada mahkluk lain yang tidak merasakan kematian?  

Kalau mereka menjawab ada, yaitu Iblis dan Malaikat. 
 jawaban ini lebih aneh lagi karena bukankah Adam melakukan kesalahan tersebut karena Adam dan Hawa terbujuk / tertipu oleh bujukan ular  
 Dengan kata lain penyebab utamanya adalah ular!!! = kenapa yang dihukum berat korban penipuan bukan pelaku penipuan??  
 Kenapa yang dikutuk Adam dan anak keturunannya,bukannya ular yang menjadi penyebab???  
 Apakah Tuhan tak mampu mengutuk Ular yang lebih berat???kenapa hanya sekedar dikutuk berjalan dengan perutnya saja?  
 3:14 Sesudah itu TUHAN Allah berkata kepada ular itu, “Engkau akan dihukum karena perbuatanmu itu; dari segala binatang hanya engkau saja yang harus menanggung kutukan ini: Mulai sekarang engkau akan menjalar dengan perutmu, dan makan debu seumur hidupmu.  
dan kutukan ini juga memunculkan pertanyaan baru,apakah benar Ular makanannya debu? 
 Sehingga perlu membuat pertarungan dari jaman Adam hingga sekarang??Dan manusia sebagai obyek sasaran perebutan antar keduanya??antara kekuasaan/kekuaatan Tuhan/sang pencipta dengan kekuatan lain.

Kemudian membuat cerita /keyakinan lanjutan bahwa Tuhan menjelma sebagai manusia dan Iblispun menjelma manusia. Untuk bersaing memperebutkan pengaruhnya pada manusia lain???

Dan di akhir jaman terjadi pertempuran antara dua kelompok tersebut yaitu para pendukung Iblis dan pendukung Tuhan!!  
 Kalau kita perhatikan dan perbandingkan dengan keyakinan-keyakinan primitive para penyembah pagan/berhala banyak sekali pemahaman mereka sama,bahkan akan kita dapati cerita-cerita yang semakna dengan cerita kutukan dan pembebas kutukan!

Ada Dewa baik dan dewa jahat saling berebut pengaruh!Ada dewa gelap dan dewa terang saling adu kekuatan!!Kemudian kedua dewa tersebut menitis ke tubuh manusia sebagai perantara persaingan mereka?..  

3. Dosa adam belum di ampuni=justru anak cucunya yang ikut menanggung deriata/kutukan tersebut! 

 ternyata yang menanggung bukan saja korban penipuan saja.. tetapi anak cucunya harus mewarisi hukuman ???  
4 pohon yang dilarang dimakan buahnya adalah “pohon yang memberi pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat 

5. yang melakukan penipuan /membujuk adalah Ular dari sekawanan binatang 
3:1 Ular adalah binatang yang paling licik dari segala binatang yang dibuat oleh TUHAN Allah. Ular itu bertanya kepada perempuan itu, “Apakah Allah benar-benar melarang kalian makan buah-buahan dari segala pohon di taman ini?” 
3:14 Sesudah itu TUHAN Allah berkata kepada ular itu, “Engkau akan dihukum karena perbuatanmu itu; dari segala binatang hanya engkau saja yang harus menanggung kutukan ini: Mulai sekarang engkau akan menjalar dengan perutmu, dan makan debu seumur hidupmu  
dan orang Kristen bisa saja berapologi


tetapi soal ular tersebut dianggap sebagai simbol, Lambang ular dipilih, karena ular itu binatang jang berbahaja bagi manusia

tetapi muncul pertanyaan:

apakah hanya binatang Ular yang paling berbahaya bagi manusia?

fakta yang ada banyak manusia sekarang yang memelihara ular,sebagai binatang piaraan!bahkan tidak sekedar menjadi binatang piaraan namun juga menjadi “teman menari”  
 kejadian3:15 Engkau dan perempuan itu akan saling membenci, keturunannya dan keturunanmu akan selalu bermusuhan. Keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan menggigit tumit mereka.”  
 bukankah para penari Ular kebanyakan adalah keturunan dari perempuan tersebut?  

lagi-lagi soal ini apa yang tercatat di dalam alkitab tidak terbukti dengan apa yang terjadi di fakta lapangan. 
atau juga mereka bisa berapologi dengan catatan alkitab lain 

Wahyu 112:9 Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.  
Wahyu 20:2 ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya,
                   ^^^^^^^^
[KAYAK FILM MISTERI DUNIA AJHA YA]


maka menghadapi apologi semacam ini kita bisa melemparkan pertanyaan 

apakah kitab wahyu penulisannya dengan kitab Kejadian tidak jauh berbeda waktunya? atau berbeda ratusan tahun??



====================================



KEDUA VERSI Al QUR”AN

1. kisah tersebut terjadi di Syurga 

 [35] Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.  

2. apa yang terjadi pada manusi sekarang,bukanlah sebuah kutukan 
 tetapi memang sebelumnya Allah hendak menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi ini.QS Al-baqarah  
 30 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.  

3. pohon yang di larang dimakan hanya di sebut pohon ini 
QS al baqarah 35………dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.  

4. istilah pohon khuldi adalah nama yang diberikan Iblis/ syetan kepadanya! 
 QS thaha 120″ Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”  

4. secara jelas dan tegas,yang menipu Adam adalah Iblis/Syetan, 
 QS thaha 120″ Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”  

5. ada kisah pembangkangan Iblis 
 [34] Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan yang kafir.didalam Al kitab soal ini sama sekali tidak diceritakan!  

6. kesalahan Adam sudah di ampuni 
 QS al baqarah  37 
 [37] Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.  

7. bahwa kematian bukanlah akibat sebuah kutukan 
 atau karena kesalahan adam pada waktu itu,tetapi kematian adalah keharusan bagi makhuk yang bernyawa,karena setiap yang bernyawa akan mengalami kematian!  

Qs 3:185 Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…..

Qs 21:35″Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. “

QS 29:57Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.  
 maka kisah pelanggaran Adam bukanlah sebuah kejadian penyebab segala kesusahan buat manusia namun kisah Adam
dan kesalahan dalam melanggar perintah Allah adalah sebagai pelajaran buat Adam dan anak cucunya!  

pelajaran yang sangat luar biasa, 
 kalau boleh di ilustrasikan maka kejadian tersebut adalah “masa training” persiapan untuk menjalani kehidupan di bumi!bagaimana luarbiasanya tipu daya syetan dan Iblis,permusuhan anak keturunan dan syetan tidak bisa hanya terbatas pada permusuhan fisik(seperti ular dengan manusia), tetapi yang paling penting adalah menjauhkan diri dari perilaku-perilaku yang bermental seperti Iblis!

tentang kisah pembangkangan Iblis tersebut diceritakan setidaknya 6x didalam AlQur’an,demikian pentingnya kisah tersebut sehingga diulang-ulang sampai 6 x,dan sebelum kita membahas kisah pembangkangan Iblis,  
sebaiknya apa sich tujuan kisah-kisah didalam Al Qur’an? 

Al Qur’an 12:111

[111] Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.  
jadi setiap kisah didalam Al Qur’an bukan sekedar cerita biasa atau dongeng,tetapi ada pelajaran yang penting didalamnya,orang yang mampu menangkap pelajaran tersebut adalah orang-orang yang senantiasa menggunakan akalnya dengan sebaik-baiknya(ingat perintah tentang baca)dan akallah sebuah anugerah yang sangat penting buat manusia dari Allah swt,dan karena akallah yang pembeda yang sangat penting dibanding mahkluk lainnya!sekarang coba kita perhatikan tentang kisah nabi Adam & pembangkangan Iblis dalam Al Qur’an!dari sekian kisah yang diulang-ulang,saya akan kutip satu kisah yaitu pada  
Qs 7:11 Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.

[12] Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”.

13] Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”.

[14] Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”.

[15] Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”

[16] Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,

[16] Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,

[17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

[18] Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya”.

[19] (Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamuberdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim”.

[20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”.

[21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua”,

[22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”

[23] Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.

[24] Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”.

[25] Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.

[26] Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.

[27] Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya `auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

[28] Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: “Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.” Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?

[29] Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri) mu di setiap salat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)”.

[31] Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

[32] Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.

[33] Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui

[34] Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.

[35] Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

[36] Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.karena kesombongan dan membanggakan asal-usul maka membuat ia termasuk golongan yang kafir=pembangkang!artinya kisah ini mengajarkan tentang kerendahan hati dan menolak segala bentuk fanatisme!dan masihkah ada orang yang masih berfikir bahwa al Qur’an adalah jiplakan dari Al kitab hanya mengkaji satu kisah pembuka begitu berbedanya isi keduanya!semoga bermanfaat bagi orang-orang yang menggunakan hati dan akalnya sebagaimana semestinya

==========================================

facebooker KRISTENER  tersebut membanggakan Alkitabnya yang lebih lengkap isinya karena menunjukan secara jelas nama Istri Adam sedangkan Al Qur’an sama sekali tidak menyebut nama istri Adam.

apa yang dibanggakannya tersebut sesungguhnya menunjukan Pola pikir kekanak kanakan, terbiasa dengan kisah yang berformat Dongeng.[KAYAK YG D'TANDAI ^^^^^^ LIHAT D'ATAS]

cerita dongeng akan bercerita tentang siapa nama istrinya, anaknya berapa, nama nama anaknya dll tetapi sebuah Kisah yang tujuannya adalah Petunjuk Manusia bahwa kisah tersebut yang paling mendasar adalah bisa dijadikan Pelajaran untuk pembacanya.

Jadi memperbandingkan Al Qur’an dengan Bible sama saja seperti memperbandingkan Kitab Petunjukan Manusia dengan KItab Dongeng, dan contoh kongkritnya adalah uraian perbandingan ayat ayat diatas

dan ini bisa juga  dilihat dari susunannya…

dan untuk mempermudah saya akan coba memberikan contoh beberapa pembuka surat didalam Al-qur’an

1 Qs Al baqarah 1:1-5الم

alif-laam-miim

[2:1] Alif laam miin.10

ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

dzaalika alkitaabu laa rayba fiihi hudan lilmuttaqiina

[2:2] Kitab11 (Al Quraan) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,12

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

alladziina yu/minuuna bialghaybi wayuqiimuuna alshshalaata wamimmaa razaqnaahum yunfiquuna

[2:3] (yaitu) mereka yang beriman13 kepada yang ghaib,14 yang mendirikan shalat,15 dan menafkahkan sebahagian rezki16 yang Kami anugerahkan kepada mereka.

والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

waalladziina yu/minuuna bimaa unzila ilayka wamaa unzila min qablika wabial-aakhirati hum yuuqinuuna

[2:4] dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu,17 serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.18

أُوْلَـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

ulaa-ika ‘alaa hudan min rabbihim waulaa-ika humu almuflihuuna

[2:5] Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.19

2. Qs Ali Imran

الم

alif-laam-miim

[3:1] Alif laam miim.

اللّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

allaahu laa ilaaha illaa huwa alhayyu alqayyuumu

[3:2] Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya181.

نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنزَلَ التَّوْرَاةَ وَالإِنجِيلَ

nazzala ‘alayka alkitaaba bialhaqqi mushaddiqan limaa bayna yadayhi wa-anzala alttawraata waal-injiila

[3:3] Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,

مِن قَبْلُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَأَنزَلَ الْفُرْقَانَ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِ اللّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللّهُ عَزِيزٌ ذُو انتِقَامٍ

min qablu hudan lilnnaasi wa-anzala alfurqaana inna alladziina kafaruu bi-aayaati allaahi lahum ‘adzaabun syadiidun waallaahu ‘aziizun dzuu intiqaamin

[3:4] sebelum (Al Qur’an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan182. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).

3. Qs An nisa

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

yaa ayyuhaa alnnaasu ittaquu rabbakumu alladzii khalaqakum min nafsin waahidatin wakhalaqa minhaa zawjahaa wabatstsa minhumaa rijaalan katsiiran wanisaa-an waittaquu allaaha alladzii tasaa-aluuna bihi waal-arhaama inna allaaha kaana ‘alaykum raqiiban

[4:1] Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya263 Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain264, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

وَآتُواْ الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ وَلاَ تَتَبَدَّلُواْ الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَهُمْ إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوباً كَبِيراً

waaatuu alyataamaa amwaalahum walaa tatabaddaluu alkhabiitsa bialththhayyibi walaa ta/kuluu amwaalahum ilaa amwaalikum innahu kaana huuban kabiiraan

[4:2] Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.

=========================

dan sekarang kita bandingan dengan ayat-ayat alkitab..

1. kitab kejadian 1:1-5

1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.1:2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.1:3 Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

2. kitab keluaran 1: 1-6

1:1 Inilah nama para anak Israel yang datang ke Mesir bersama-sama dengan Yakub; mereka datang dengan keluarganya masing-masing:1:2 Ruben, Simeon, Lewi dan Yehuda;1:3 Isakhar, Zebulon dan Benyamin;1:4 Dan serta Naftali, Gad dan Asyer.1:5 Seluruh keturunan yang diperoleh Yakub berjumlah tujuh puluh jiwa. Tetapi Yusuf telah ada di Mesir.1:6 Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan semua orang yang seangkatan dengan dia.

3. mat :1-1

1:1 Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.1:2 Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya,1:3 Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram,

atau juga bisa lihat lukas 1 (kebetulan ada netter kristen yang coba membandingkan kisah alkitab dan al qur’an) ia menyodorkan ayat-ayat ini..

1:1 Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita,1:2 seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.1:3 Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,1:4 supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.1:5 Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet.


maka sangat jelas sekali format alkitab dan Al-qur’an sangat berbeda sekali…

maka dengan melihat sekilas saja, maka mana kitab cerita / dongeng dan mana kitab petunjuk / pengajaran bagi manusia sudah begitu mudah dibedakannya..

maka mana yang akan anda pilih?
=============================
SILAHKAN ANDA LIHAT YG SAYA TANDAI ^^^^^^^ OK

Penciptaan Manusia Menurut Alquran

“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah (2) : 2-3)

Ayat di atas jelas menerangkan pada kita bahwa Alquran tidak ada yang bisa diragukan lagi. Segala yang ada di dalam Alquran adalah sudah pasti benar. Kebenaran Alquran ini telah banyak terbukti oleh ilmu pengetahuan manapun. Bahkan banyak persoalan pada suatu ilmu pengetahuan yang baru terpecahkan dari Alquran. Tidak hanya ilmuwan muslim yang mengeksplor Alquran dan menjadikannya rujukan ilmu pengetahuan dan sains, tapi juga ilmuwan-ilmuwan barat yang mengembangkan teori, hukum, dan fenomena-fenomena alam yang tidak bisa dipecahkan. Alquran adalah mukjizat terbesar sepanjang masa, karena manfaatnya akan dirasakan oleh semua manusia sampai akhir jaman.

Alquran diturunkan kepada seorang Rasul yang buta huruf dan pada negeri yang cukup tertinggal dari ilmu pengetahuan. Tidak masuk akal jika menyebutkan bahwa Alquran adalah buatan Muhammad. Hal ini dikarenakan kandungan Alquran yang luar biasa banyak yang menjelaskan ilmu pengetahuan dan sains yang baru terungkap oleh alat-alat canggih jaman sekarang.

Salah satu yang Alquran jelaskan adalah mengenai teori penciptaan manusia. Bagaimana ketika manusia pertama diciptakan dan bagaimana mekanisme terbaik pembentukan jasad manusia di rahim ibunya, pembentukan ovum, sperma, dan lain sebagainya telah dijelaskan secara rinci dan detail. Pembentukan manusia ini baru terbukti oleh sains pada akhir-akhir abad ini oleh teknologi mutakhir.

Maka tidak ada yang bisa diragukan dari Alquran, termasuk mengenai teori penciptaan manusia pertama yaitu Adam adalah tidak melalui proses evolusi seperti yang dilontarkan oleh Darwin. Alquran bukan yang harus dibuktikan oleh sains dan teknologi, tapi sains dan teknologi lah yang harus dibuktikan oleh Alquran, karena Alquran sudah pasti benar.

Prapenciptaan

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Albaqarah: 30)

Malaikat adalah makhluk Allah yang paling patuh terhadap segala perintahNya. Sebelum manusia pertama atau Adam diciptakan, malaikat sudah diciptakan terlebih dahulu. Suatu ketika saat Allah memberikan pengumuman berupa rencana akan menciptakan suatu makhluk yang akan menjadi khalifah di muka bumi. Namun, makhluk yang dipilih Allah itu adalah manusia. Mengetahui hal ini malaikat sedikit “protes” pada Allah. Kita harus ingat bahwa malaikat itu makhluk yang paling taat dan patuh pada segala perintah dan keputusanNya. Akan tetapi satu hal ini yang membuat malaikat “angkat bicara” kepada Allah berkenaan dengan akan adanya penciptaan manusia ini.

Seperti yang dijelaskan oleh ayat di atas, malaikat tahu bahwa manusia yang akan diciptakan Allah tersebut akan membuat kerusakan di muka bumi. Padahal Allah menciptakan manusia dengan tujuan menjadi khalifah di muka bumi.
Allah pun menjawab “protes” para malaikat dengan kalimat “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” disini kita bisa melihat bahwa Allah lah sang perencana segalanya, Allah lah sang maha pencipta yang paling mengetahui ciptaannya. Ada sesuatu dibalik skenario yang dibuat Allah. Pasti ada sejuta hikmah dari jawaban Allah tersebut.
Ayat ini juga mengingatkan pada manusia bahwa tujuan awal kita diciptakan oleh Allah adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi.


1. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
“Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah (32) : 7)

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al Hijr (15) : 26)

Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 .
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr (15) : 28-29)

Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
“Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah”. (HR. Bukhari)
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (Albaqarah:31)

“Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .” (Albaqarah:32)
“Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?” (Albaqarah:33)

“Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).” (Alanam:2)


2. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya :
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (QS. Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak…” (QS. An Nisaa’ (4) : 1)

Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
“Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam” (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.

2.Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).

Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
“Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya).” (HR. Bukhari-Muslim)

Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan “saripati berasal dari tanah” sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).

“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang bercampur” (QS. Addahr: 2)
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”  (QS 96. Al-’Alaq: 2)

Selanjutnya, fase segumpal darah (`alaqah) berlanjut terus dari hari ke-15 sampi hari ke-24 atau ke-25 setelah sempurnanya proses pembuahan. Meskipun begitu kecil, namun para ahli embriologi mengamati proses membanyaknya sel-sel yang begitu cepat dan aktivitasnya dalam membentuk organ-organ tubuh. Mulailah tampak pertumbuhan syaraf dalam pada ujung tubuh bagian belakang embrio, terbentuk (sedikit-demi sedikit ) kepingan-kepingan benih, menjelasnya lipatan kepala; sebagai persiapan perpindahan fase ini (`alaqah kepada fase berikutnya yaitu mudhgah (mulbry stage)).Mulbry stage adalah kata dari bahasa Latin yang artinya embrio (janin) yang berwarna murberi (merah tua keungu-unguan). Karena bentuknya pada fase ini menyerupai biji murberi, karena terdapat berbagai penampakan-penampakan dan lubang-lubang (rongga-rongga) di atasnya.
Realitanya, ungkapan Al-Quran lebih mendalam, karena embrio menyerupai sepotong daging yang dikunyah dengan gigi, sehingga tampaklah tonjolan-tonjolan dan celah (rongga-rongga) dari bekas kunyahan tersebut. Inilah deskripsi yang dekat dengan kebenaran. Lubang-lubang itulah yang nantinya akan menjadi organ-organ tubuh dan anggota-anggotanya.
Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa embrio terbagi dua; pertama, sempurna (mukhallaqah) dan kedua tidak sempurna (ghair mukhallaqah). Penafsiran dari ayat tersebut adalah: Secara ilmiah, embrio dalam fase perkembangannya seperti tidak sempurna dalam susunan organ tubuhnya. Sebagian organ (seperti kepala) tampak lebih besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ tubuh yang lain. Lebih penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih dulu dari yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. Contoh, kepala. Ia terbentuk sebelum sebelum bagian tubuh ujung belum terbentuk, seperti kedua lengan dan kaki. Setelah itu, secara perlahan mulai tampaklah lengan dan kaki tersebut. Tidak diragukan lagi, ini adalah I’jâz `ilmiy (mukjizat sains) yang terdapat di dalam Al-Quran. Karena menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah tidak digunakan kecuali di dalam Al-Quran.

“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Assajdah:7-9)”

“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka , dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Athuur:21)”

Interpretasi
Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan : “Saya takjub pada keakuratan ilmiah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu”. Selain iti beliau juga mengatakan, “Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh ebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya.”
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embrio berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an :
“…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)…” (QS. Az Zumar (39) : 6).

Inilah teori penciptaan dalam Islam. Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia mengendalikan alam semesta menurut kehendak-Nya sesuai fungsi dan peran yang spesifik.
Awal penciptaan dituturkan di dalam al-Qur’an seara logis dan tegas, dengan menyatakan banyak fakta dalam penciptaan. Namun, seseorang yang membandingkan penjelasan tentang awal penciptaan seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an dan seperti yang disebutkan dalam Kitab Kejadian itu akan dengan mudah menyimpulkan bahwa kedua buku memiliki sumber yang sama namun al-Qur’an menjelaskannya secara logis dan ilmiah.

Dari al-Mu’minun: 12-16, dapat disimpulkan sebagai berikut:
  • Adam diciptakan dari tanah liat secara langsung, atau secara tidak langsung dari bahan dasar lumpur. Sebelum berubah menjadi manusia, Adam menerima hembusan ruh dari Allah nafas yang memberinya kemampuan kemampuan untuk belajar dan potensi untuk mengenali.
  • Hawa diciptakan dari sel atau tulang Adam. Penciptaan tersebut memberi penjelasan yang masuk akal mengenai kesamaan antara peta genetik dan jumlah chromosom pada kedua Adam dan Hawa.
Dalam teori penciptaan dalam Islam, Allah menentukan peran bagi Hawa, seorang perempuan diciptakan dari laki-laki, yang ditugaskan di Al-Qur’an dengan ayat-ayat berikut:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (ar-Rum: 21)

Allah juga berfirman, ‘Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?’ [an-Nahl: 72]

Menurut ayat-ayat ini, teori penciptaan menurut Islam itu mencakup hal-hal berikut:
  • Allah menganugerahi Adam isteri dengan sifat-sifat tertentu untuk tujuan kasih sayang dan rahmat.
  • Allah memberi Hawa fitur reproduksi untuk memberikan anak laki-laki dan perempuan.
  • Sesuai kehendak Allah, Adam dan Hawa merupakan bagian dari bangunan masyarakat yang lengkap, yang terdiri dari orang tua, anak, cucu, dan seterusnya.
  • Allah menentukan desain fitur-fitur manusia dalam air sperma yang dipancarkan manusia dengan DNA yang spesifik, peta genetika atau jumlah chromosom bersama antara pasangan perkawinan, laki-laki dan perempuan.
  • Allah menjaga sumber kelangsungan kehidupan makhluk-Nya. Karena itu, Allah mengatur kerajaan tumbuhan sebagai makhluk otonom yang menyediakan makanan yang diperlukan untuk kerajaan manusia.
  • Dia mengatur siklus untuk menghasilkan air tawar untuk minuman manusia dan pengairan tanaman yang mereka makan.
  • Allah mengelola pasokan energi untuk makhluk-Nya demgam proses fotosintesis yang ajaib, yang menyimpan energi dari matahari menjadi buah yang dapat dimakan.
Sebagaimana teori evolusi nihil logika kehidupan evolusi, Biogenesis juga gagal dalam mengasumsi awal mula kehidupan dalam zat kimia dengan regenerasi imajiner spontan. Dalam al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa Dia adalah Pencipta kehidupan dan kematian.
Teori Penciptaan dalam Islam mengenai peran Pencipta sebagai Pencipta unsur kehidupan. Unsur seperti itu tidak diketahui sampai sekarang oleh manusia. Teori Darwin tidak mampu menjelaskan mengenai ruh. Tanpa ruh, sebuah jasad yang ada tidak akan berfungsi, tidak akan hidup. Ruh masih menjadi misteri dalam sains dan teknologi. Hanya Allah yang tahu, bahkan di Alquran pun dikatakan bahwa Allah lah yang memegang kunci rahasia alam ruh. Jiwa ditiupkan ke dalam Adam dan juga ditiupkan ke dalam setiap manusia. Hal ini menjadi rahasia Allah semata, tidak seorang pun bisa mendefinisikannya.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, ‘Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (al-Isra’: 85)

Allah dalam teori Penciptaan dalam Islam tidak hanya membuat badan kita hidup, tetapi ia juga membentuk rupa kita agar terlihat seperti rupa manusia. Allah memiliki nama lain dalam Al-Qur’an selain al-Khaliq (Pencipta), yaitu al-Mushawwir (Yang membentuk rupa).
“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (al-Hasyr: 24)

Dari penjelasan singkat di atas dapat ditarik sebuah konklusi bahwa Al-Quran bukan hanya sebagai kitab suci yang membacanya merupakan ibadah, namun ia juga merupakan sebuah kitab yang banyak mengandung tanda-tanda ilmiah.


===============================================================

Hal ini semakin membuktikan bahwa Al-Quran itu benar-benar wahyu dari Allah, bukan buatan Nabi Muhammad SAW.